IDN_2004-2005_SSP_v01-ID_M
Behavior Surveillance Survey 2005
Survei Surveilans Perilaku 2005
Name | Country code |
---|---|
Indonesia | IDN |
Health Survey [hh/oth]
Lanjutan
Keberhasilan upaya pencegahan infeksi Human Immuno-deficiency Virus (HIV) bergantung pada perubahan perilaku berisiko, dari risiko tinggi ke risiko yang lebih rendah. Perubahan ini antara lain mencakup peningkatan penggunaan kondom dan pengurangan jumlah pasangan seksual di antara mereka yang aktif secara seksual, penurunan pemakaian bersama/bergantian alat/jarum suntik pada kelompok pemakai narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (narkoba), dan penundaan hubungan seksual pertama kali pada kalangan remaja.
Dengan semakin meluasnya penyebaran HIV di banyak negara, termasuk di Indonesia, upaya pencegahan semakin mengarah pada upaya perubahan perilaku. Oleh karena itu diperlukan informasi tentang perubahan perilaku yang dapat dijadikan dasar dalam memandu keberhasilan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program intervensi.
Pengalaman Survei Surveilans Perilaku (SSP) pada beberapa kelompok populasi tertentu risiko tinggi di beberapa kota Indonesia (1996-2000) oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes-UI) memberikan pemahaman perlunya program pencegahan HIV yang lebih intensif dan berkelanjutan dalam kegiatan dan lebih ekstensif dalam cakupan.
SSP memanfaatkan metode survei yang dilakukan berulang untuk memantau dari waktu ke waktu perilaku berisiko HIV pada kelompok-kelompok risiko tinggi, termasuk penjaja seks dan pelanggannya, pria yang berhubungan seks dengan pria, dan pengguna narkoba suntik. SSP merupakan salah satu komponen dari sistem surveilans HIV generasi kedua, termasuk surveilans serologik HIV, surveilans IMS (infeksi menular seksual), surveilans perilaku, pelaporan kasus HIV/AIDS, dan sumber-sumber data terkait yang lain.
Secara ringkas SSP 2004/2005 bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku kelompok sasaran berkaitan dengan penyebaran HIV/AIDS dan memantau perubahan-perubahan perilaku setiap kelompok sasaran, dan perilaku kelompok berisiko secara umum.
SSP 2004/2005 ditujukan pada kelompok populasi berisiko tertular HIV/AIDS, yaitu pada kelompok WPS, pria yang potensial menjadi pelanggan WPS, pria yang berhubungan seks dengan pria (gay), Waria, dan Penasun dan direncanakan dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap.
Untuk kelompok WPS dan pria yang potensial menjadi pelanggan WPS, tahap pertama dilaksanakan pada tahun 2004 di 7 (tujuh) propinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara, tahap kedua di propinsi Papua, dan tahap 3 dilaksanakan pada tahun 2005 di 5 (lima) propinsi, yaitu Sumatera Selatan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Cakupan wilayah lokasi kabupaten/kota sama seperti SSP 2002, kecuali Jawa Tengah diperluas termasuk Kabupaten Kendal untuk kelompok sasaran sopir/kernet truk. Perluasan ini berdasarkan masukan dari hasil SSP sebelumnya, yaitu sopir/kernet truk di Kota Semarang banyak yang mengendarai truk boks bukan truk antar kota, dan mereka kurang berisiko tertular HIV.
Kelompok sasaran yang telah disurvei pada SSP 2002 kembali menjadi cakupan SSP 2004/2005, kecuali di Jawa Barat, yaitu kelompok sasaran nelayan diganti dengan buruh pabrik, karena pada umumnya nelayan yang menjadi kelompok sasaran SSP 2002 di Kabupaten Karawang adalah nelayan lokal yang umumnya berisiko rendah terjangkit HIV.
Populasi sasaran SSP 2004/2005 adalah populasi pria dewasa dan wanita yang berisiko tinggi terjangkit HIV. Kelompok tersebut memungkinkan mempunyai konstribusi lebih besar terhadap penyebaran HIV dibanding kelompok masyarakat lainnya. Kelompok pria dewasa yang berisiko tinggi terjangkit HIV pada umumnya adalah pria pelanggan pekerja seks (mereka yang bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain karena bidang pekerjaan, seperti pelaut, nelayan, sopir dan kernet truk angkutan antar kota), sedangkan kelompok wanita dewasa adalah mereka yang bekerja sebagai penjaja seks.
Untuk kelompok pria yang berhubungan seks dengan pria (gay), dan Waria, tahap pertama dilaksanakan pada tahun 2004 di 2 (dua) propinsi, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Timur, sedangkan untuk tahap kedua direncanakan dilaksanakan pada awal tahun 2005 di 2 (dua) propinsi, yaitu Riau dan Jawa Barat.
Berdasarkan kontribusinya terhadap epidemi HIV, populasi sasaran SSP tersebut dikelompokkan menjadi:
a. Wanita Penjaja Seks (WPS) Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terbuka sebagai penjaja seks komersial.
b. WPS Tidak Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial, yang biasanya bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu.
c. Sopir truk dan kernetnya adalah mereka yang bekerja sebagai supir atau kernet truk antar kota.
d. Tukang ojek adalah mereka yang bekerja sebagai tukang ojek.
e. Pelaut dan nelayan. Pelaut adalah mereka yang bekerja sebagai anak buah kapal barang atau penumpang. Nelayan adalah mereka yang pekerjaan teraturnya mencari ikan di laut dan tidak setiap hari pulang ke rumah.
f. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja bongkar muat barang di pelabuhan laut.
g. Lelaki Suka Lelaki (Gay) adalah pria yang mengakui dirinya sebagai orang yang biseksual/homoseksual atau self identified bisexual/homosexual (SIBH). Termasuk yang dicakup pada kelompok ini adalah pria penjaja seks (kucing) adalah pria yang menerima imbalan baik berupa uang maupun barang untuk berhubungan seks dengan pria.
h. Waria yang dicakup di sini adalah waria yang menjajakan seks.
Besarnya sampel dalam setiap kelompok sasaran dirancang untuk menggambarkan ciri-ciri perilaku setiap kelompok sasaran dan diharapkan dapat mengukur perubahan perilaku pada survei berikutnya. Pada kelompok berisiko tinggi, besarnya sampel yang memadai untuk interpretasi perubahan adalah sebesar 400 responden. Apabila sampel sebesar 400 responden tidak memungkinkan, maka sampel sebesar 200 - 300 responden masih dapat memadai dari sisi kecukupan sampel.
Sampel Probabilitas
Individu
Badan Pusat Statistik pertama kali menyelenggarakan Survei Surveilans Perilaku (SSP) pada tahun 2002/2003 mencakup 12 lokasi (kabupaten/kota) di 10 propinsi yang menjadi target wilayah kerja Family Health International (FHI)/Aksi Stop AIDS (ASA) dan 3 propinsi yang menjadi target wilayah kerja Indonesia HIV/AIDS Prevention and Care Project (IHPCP). Secara teknis penyelenggaraan SSP 2002/2003 dibantu oleh Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (Dit P2ML)-Ditjen PPM & PL, FHI/ASA dan IHPCP. Bantuan juga diperoleh dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di tingkat pusat, dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
Untuk penyelenggaraan SSP 2004/2005 Badan Pusat Statistik kembali dibantu oleh Dit. P2ML, FHI/ ASA dan IHPCP. Selain itu, dengan akan dicakupnya beberapa kelompok sasaran lain yang relatif lebih sulit untuk disurvei maka penyelenggaraan SSP 2004/2005 direncanakan juga dibantu oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkecimpung dengan upaya pembinaan kelompok sasaran.
Sebagaimana SSP 2002/2003, SSP 2004/2005 juga dilaksanakan secara bertahap. Untuk tahun 2004, daerah yang telah dicakup adalah Sumatera Utara, Riau (Kepulauan Riau), Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat (Karawang-Bekasi), Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Riau (Batam), Jawa Barat (Bandung), dan Papua (Jayapura, Merauke, dan Sorong) dan sisanya yaitu Sumatera Selatan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan akan dicakup pada tahun 2005.
Riau (Batam), Sumatera Selatan, Jawa Barat (Bandung), Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Maluku
Rancangan penyajian, sampai dengan tingkat Nasional
Populasi sasaran SSP dikelompokkan menjadi:
a. Wanita Penjaja Seks (WPS) Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terbuka sebagai penjaja seks komersial.
b. WPS Tidak Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial, yang biasanya bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu.
c. Sopir truk dan kernetnya adalah mereka yang bekerja sebagai supir atau kernet truk antar kota.
d. Tukang ojek adalah mereka yang bekerja sebagai tukang ojek.
e. Pelaut dan nelayan. Pelaut adalah mereka yang bekerja sebagai anak buah kapal barang atau penumpang. Nelayan adalah mereka yang pekerjaan teraturnya mencari ikan di laut dan tidak setiap hari pulang ke rumah.
f. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja bongkar muat barang di pelabuhan laut.
g. Lelaki Suka Lelaki (Gay) adalah pria yang mengakui dirinya sebagai orang yang biseksual/homoseksual atau self identified bisexual/homosexual (SIBH). Termasuk yang dicakup pada kelompok ini adalah pria penjaja seks (kucing) adalah pria yang menerima imbalan baik berupa uang maupun barang untuk berhubungan seks dengan pria.
h. Waria yang dicakup di sini adalah waria yang menjajakan seks.
i. Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
j. Kelompok Remaja
Name | Affiliation |
---|---|
Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat | Badan Pusat Statistik |
Name | Affiliation |
---|---|
Subdirektorat Statistik Kesehatan dan Perumahan | Badan Pusat Statistik |
Name |
---|
USAID |
AusAID |
Ditjen PPM & PL-Departemen Kesehatan |
Penarikan sampel dilakukan 2 tahap, tahap pertama menarik sampel lokasi dan tahap kedua melakukan pemilihan responden.
Pada tahap penarikan sampel lokasi digunakan kerangka sampel berupa Daftar Lokasi Hasil Pengolahan. Lokasi sebagai primary sampling unit (psu) dipilih dengan cara probability proportional to size (pps) dengan size banyaknya populasi dalam lokasi. Pemilihan sampel lokasi dilakukan dengan menggunakan Program CIS dengan ukuran cluster yang dapat dipilih, yaitu 10, 5, 2, atau 1. Pemilihan ukuran cluster tergantung dari banyaknya populasi pada setiap lokasi. Jika populasi minimal pada suatu lokasi lebih besar atau sama dengan 10 maka ukuran cluster yang digunakan harus 10, tidak boleh 5, 2, atau 1. Jika populasi minimalnya lebih kecil 10 dan lebih besar 5 maka ukuran cluster yang digunakan harus 5, demikian seterusnya. Penarikan sampel lokasi dilakukan oleh koordinator lapangan dengan dibantu oleh instruktur.
Penarikan sampel responden dibedakan untuk jenis populasi bergerak (mobile) dan tidak bergerak (non-mobile). Pada "populasi bergerak" dilakukan penarikan sampel secara random atau langsung sesuai dengan yang ditemukan, sedangkan pada "populasi tidak bergerak", penarikan sampel responden digunakan secara sistematik.
Jenis rancangan sampel:
Berdasarkan kontribusinya terhadap epidemi HIV, populasi sasaran SSP dikelompokkan menjadi:
a. Wanita Penjaja Seks (WPS) Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terbuka sebagai penjaja seks komersial.
b. WPS Tidak Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial, yang biasanya bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu.
c. Sopir truk dan kernetnya adalah mereka yang bekerja sebagai supir atau kernet truk antar kota.
d. Tukang ojek adalah mereka yang bekerja sebagai tukang ojek.
e. Pelaut dan nelayan. Pelaut adalah mereka yang bekerja sebagai anak buah kapal barang atau penumpang. Nelayan adalah mereka yang pekerjaan teraturnya mencari ikan di laut dan tidak setiap hari pulang ke rumah.
f. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja bongkar muat barang di pelabuhan laut.
g. Lelaki Suka Lelaki (Gay) adalah pria yang mengakui dirinya sebagai orang yang biseksual/homoseksual atau self identified bisexual/homosexual (SIBH). Termasuk yang dicakup pada kelompok ini adalah pria penjaja seks (kucing) adalah pria yang menerima imbalan baik berupa uang maupun barang untuk berhubungan seks dengan pria.
h. Waria yang dicakup di sini adalah waria yang menjajakan seks.
Besarnya sampel dalam setiap kelompok sasaran dirancang untuk menggambarkan ciri-ciri perilaku setiap kelompok sasaran dan diharapkan dapat mengukur perubahan perilaku pada survei berikutnya. Pada kelompok berisiko tinggi, besarnya sampel yang memadai untuk interpretasi perubahan adalah sebesar 400 responden. Apabila sampel sebesar 400 responden tidak memungkinkan, maka sampel sebesar 200 - 300 responden masih dapat memadai dari sisi kecukupan sampel.
Kelompok pengguna narkoba suntik (penasun) atau injecting drugs user (idu) adalah kelompok yang sangat sulit dijangkau karena sifatnya yang tersembunyi. Metode sampling yang sering digunakan seperti cluster sampling tidak dapat digunakan pada pemilihan sampel kelompok penasun karena tidak tersedia kerangka sampel bagi kelompok tersebut. Douglas D. Heckathorn, Ph.D, Profesor Sosiologi dari Cornell University, pada tahun 1997 telah mengembangkan suatu metode untuk memilih sampel kelompok yang sulit dijangkau yaitu Respondent Driven Sampling (RDS). Target penasun yang diberikan kupon pertama kali (selanjutnya disebut seed) adalah sekitar 15-20 orang. Seed yang direkrut adalah orang yang dapat memotivasi orang lain untuk ikut dalam program dan mereka harus mendukung tujuan dari program ini. Di samping itu seed ini diusahakan berasal dari orang dengan karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut misalnya umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status sosial dan ekonomi, dan sebagainya.Setiap seed ini akan diberikan 2 kupon yang akan digunakan untuk merekrut sekitar 2 (dua) orang penasun. Setiap orang yang direkrut ini selanjutnya diberikan 2 kupon yang selanjutnya akan digunakan untuk merekrut 2 penasun lainnya. Demikian seterusnya sampai sekitar 6 gelombang (wave).Target sampel pengumpulan data perilaku penasun untuk setiap kota adalah 300 responden dengan waktu pelaksanaan sekitar 3 (tiga) bulan. Jika sebelum 3 (tiga) bulan target 300 kuesioner telah terpenuhi maka pengumpulan data perilaku tetap diteruskan sampai waktu 3 (tiga) bulan. Jika dalam waktu 3 (tiga) bulan target sampel 300 responden belum terpenuhi maka pengumpulan data perilaku tetap dilanjutkan sampai mendapatkan target sampel 300 responden.
Seperti SSP sebelumnya, remaja menjadi salah satu kelompok sasaran yang ingin diketahui perilakunya dalam kegiatan SSP 2004/2005. Meskipun merupakan bagian dari cakupan SSP remaja dikategorikan bukan kelompok berperilaku berisiko tinggi. Dalam SSP 2004/2005, konsep remaja adalah murid Sekolah Lanjutan Atas baik yang dikelola pemerintah (SLTA Negeri) maupun SLTA yang dikelola oleh swasta. Konsep ini sebagai pendekatan konsep remaja yang mendefinisikan remaja adalah penduduk yang berusia 15-24 tahun dan belum kawin. Besarnya target sampel murid SLTA laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 500 murid untuk setiap kota, atau setiap kota dipilih sebanyak 1.000 murid.
Kerangka Sampel:
Kerangka sampel yang digunakan untuk pemilihan primary sampling unit (PSU) dalam SSP 2004/2005 dibedakan menurut kelompok sasaran seperti berikut:
Pembentukan kerangka sampel dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Pengumpulan Informasi Lokasi Kelompok Sasaran dan Populasinya
b. Pengolahan/Entri Data.
c. Penentuan Wilayah Kerja
d. Listing Lokasi
e. Pembentukan dan Penomoran Lokasi
f. Pengolahan Data Lokasi
Kerangka sampel untuk kelompok remaja adalah daftar nama SLTA beserta alamatnya yang berada di kota terpilih. Dalam daftar SLTA ini, setiap sekolah dirinci menurut banyaknya murid di setiap kelas 3 yang dibedakan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Daftar sekolah ini diperoleh dari Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi di setiap kota terpilih.
Agar sampel menyebar keseluruh wilayah, maka dalam kerangka sampel, seluruh SLTA (agama, sekolah umum, dan sekolah kejuruan) di wilayah terpilih masing-masing disusun menurut urutan kode letak geografis wilayah administrasi dalam kota terpilih.
Alokasi Sampel Responden:
Alokasi sampel responden pada setiap lokasi otomatis akan terhitung jika penarikan sampel lokasi dengan Program CIS telah dilakukan. Jumlah sampel responden pada lokasi terpilih tercermin pada banyaknya angka random untuk lokasi tersebut dikalikan dengan ukuran cluster yang telah ditentukan dalam penarikan sampel lokasi.
Penggantian sampel responden dilakukan bila sebagian calon responden menolak diwawancarai sehingga jumlah responden terpilih tidak memenuhi target. Responden pengganti adalah dari kelompok sasaran yang sama, dan diusahakan dari lokasi/bangunan terdekat dan jenis lokasi yang sama.
Start | End | Cycle |
---|---|---|
2004 | 2005 | Pelaksanaan lapangan |
Longitudinal: Data dikumpulkan pada waktu yang berbeda dan dilakukan terus menerus
Tahunan
Name |
---|
Staf BPS |
Anggota LSM peduli AIDS |
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik
https://mikrodata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/480
Name | Affiliation | URL | |
---|---|---|---|
Direktorat Diseminasi Statistik | Badan Pusat Statistik | www.bps.go.id | bpshq@bps.go.id |
Pengguna data harus menyebutkan hal berikut dalam studinya:
Pengguna data mengakui bahwa Badan Pusat Statistik tidak bertanggung jawab atas penggunaan data atau interpretasi atau kesimpulan berdasarkan penggunaan data tersebut.
Copyright © 2005, Badan Pusat Satistik. All rights reserved.
Name | Affiliation |
---|---|
Subdirektorat Statistik Kesehatan dan Perumahan | Badan Pusat Statistik |
DDI_IDN_2004-2005_SSP_v01-ID_M
Name | Affiliation | Role |
---|---|---|
Sub Direktorat Pengelolaan Teknologi Informasi | Badan Pusat Statistik | Membuat Deskripsi Metadata, Deskripsi Kegiatan, Datasets, dan External Resources |
2020-11-30
Version 1 (November 2020). Edited version that is identical to the original version (DDI-01-SSP-2005-M1-ENG-BPS) that was produced by Sub Direktorat Pengelolaan Teknologi Informasi except for the following fields that were edited by The World Bank Group: study ID, and DDI ID.
2020-11-30